Sejarah GKSBS Wonosari
EJARAH GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGAIAN SELATAN
(GKSBS ) WONOSARI
Walaupun demikian justru kedatangan Sastrosuharjo ke Wonosari (Lmapung) menjadi perintis yang diutus oleh Allah untuk menaburkan benih Firman Tuhan dan Injil, sehinga terwujudlah Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) Wonosari sampai sekarang.
Selanjutnya ditemukan juga saudara seiman yang lain, yaitu Purnama yang berasal dari Kediri-Jatim dan bertempat tinggal di bedeng 22, bekerja sebagai tenaga kerja DPU (Perbaikan jalan).
Dari ketiga keluarga , yaitu Sastrisuharjo, Pontjoriyanto, dan Purnomo inilah timbul niat yang besar untuk menemukan Gereja. Melalui usaha yang tak kenal putus asa dank arena kasih Allah, akhirnya mereka meneukan gereja di bedeng 11G, kemudian di Purwodadi dan Margorejo (masih dalam wujud rumah biasa). Dua diantara ketiga gereja tersebut menyelenggarakan kebaktian minggu secara bergiliran (seminggu di Purwodadi dan seminggu berikutnya di Margorejo). Namun ,biarpun harus menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki dan tempat ibadahnya bergiliran ketiga keluarga tersebut menunjukkan kesetiaanya.
Kemudian adan angin segar berhembus, atas petunjuk salah seorang saudara seiman, yaitu Abiyatar Mardihusodo dan atas bantuan zending Kopernus serta Kekenius, dapat mendirikan sebuah tempat kebaktian sederhana di bedeng 23, dengan meminjam pekarangan Jayakarsa. Dengan demikian tempat ibadah menjadi dekat.erlangsung lama.
Adanya gereja di bedeng 23 tidak bernagsung lama, oleh karena sebab, maka tempat iadah itu diangkat dan dipindahkkan ke Wonosari, warga Kristen di Wonosari dapat beribadah di desanya sendiri. Atas kesetiaan serta ketekunan ketiga keluarga dibawah asuhan Sastrasuharja tersebut, mereka menjadi umat yang diberkati. Semakin hari Tuhan menambahkan jumlah umatNya di Wonosari.
Anak-anak : 69 orang, Perempuan : 54 orang
Jumlah : 134 orang + 113 orang
= 247 jiwa.
Jumlah kelomok yang termasuk wilayah GKL WOnosari ada tiga, yaitu : Wonosar, Besuki )Ganti Warno), dan Tanggul Angin.
Karena semakin luasnya daerah pelayanan, dengan jarak yang snagat jauh serta sarana transportasi yang kurang memedai [sepeda], maka GKL Wonosari mengalami kewalahan. Oleh karena itu, pada bulan Juli 1958 sidang Majelis GKL Wonosari memutuskan untuk mepersekutukan kelompok-kelompok tersenut dalam wadah jemaat dalam klasis tersendiri.
Pada waktu itu, bersamaan dengan meluasnya daerah pelayanan, pada tahun 1957 pdt. J.S. Harjo Wasito telah menerima tugas untuk menjadi utusan ke Pematang SIantar. Namun demikian Tuhan segera mengirimkan hambaNya yaitu Pd. P. SIswodwitjo untuk membimbing perkembangan gereja-ggereja dan kelompoknya wilayah Sumatera Selatan. Termasuk GKL Wonosari.
Dengan penggabungan dan pedewasaan kelompok-kelompok itu akibatnya, GKL Woosari sendiri menjadi semakin kecil. Kelompoknya hanya tinggal 2 (dua) saja yaitu : Wonosari dan Gantiwarno. Karena itulah keberadaan GKL Wonosari sebagai gereja dewasa menjadi goyang, sampai pada suatu pemikiran agar gereja Wonosari kembali menjadikelompok lagi menginduk kepada GKL Metro. Memang Nampak adanya kejanggalan sebab GKL Wonosari memperanakkan banyak kelompok yang kemudian menjadi dewaa, ironisnya GKL Wonosari selaku induk harus kembali menjadi kelompok.
Tetapi rupanya Tuhan memiliki rencana lain yang lebih indah melebihi apa yang dipikirkan dan direncanakan manusia. Dengan tidak diduga-duga muncul umat baru pilihan Tuhan di WOnosari (35B), yang jumlahnya cukup banyak. Sehingga syarat kedewasaan jemaat ditinjau dari jumlah warga masih dapat dipertahankan hingga sekarang menginjak usianya yang ke -46.
Beliau dapat menyelesaikan study dengan baik pad akhir tahun 1989. Mulai tahun 1990 beliau aktif kembali dijemaat. Dengan bekal pengetahuan selama studi lanjut semain mantablah kinerja Pdt. Yohanes Sayekti, S.Th. sampai awal tahun 1991, tepatnya tanggal 07 Januari 1991, Pdt. Yohanes Sayekti, S.Th. menerima tawaran untuk pindah ke GKJ Karang Nongko, Klaten Yogyakarta.
GKSBS Wonosari sampai harinuang tahunnya yang ke 48 saat ini masih eksis sebagai gereja yang seluruh warganya berusaha untuk mengemban amanat agung dari Tuhan Yesus sang kepala Gereja, memberitakan kabar keselamatan kepada semua orang (matius 28:19-20). Halite dilakukan melalui kehidupan persekutuan yang indah antara saudar seiman, kesaksian dalam kata dan perbuatan , maupun pelayana dalam tindakan nyata untuk saling menolong, saling membangun dan memberikan yang terbaik untuk kebaikan sesame maupun gereja. Itu hanya akan terwujud jika ada kerelaan diri pada setiap warga/anggota gereja untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan bagi pembangunan tubuh Kristus. Maju atau mundurnya gereja kita tidak hanya bertumpu pada salah satu anggota saja. Tetapi snagat tergantung dari peran aktip dan kesedaran setiap/seluruh warga GKSBS Wonosari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan dalam iman kepada Yesus Kristus.
Sampai saat ini GKSBS Wonosari meliputi 4 wilayah, yaitu :
Demikian selayang pandang sejarah GKSBS Wonosari. Yang perlu kita kaji ulang bersama-sama adalah Gereja kita sudah genap usia 48 tahun disebut sebagai jemaat dewasa. Dalam usia yang sudah demikan matang coba kita lihat kembali sejauh mana kedewasaan kita dalam hidup bergereja telah kita nampakkan. Ataukah justru kita akan mendapati bahwa ternyata selama ini banyak yang kta perbuat/lakukan baik sebagai pribadi-pribadi Kristen maupun gereja Tuhan yang merupakan ketidakdewasaan iman kita?
Mudah-mudahan melalui sejarah dimasa lampau, kita akan dapat mengukir sejarah baru yang lebih baik dan panatas diwarisi oleh generasi penerus pasda masa yang akan dating. Kiranya dengan uraian ini seluruh warga jemaat terketuk hati dan kesadaran dirinya untuk selalu bersedia melayani Tuhan, menjadi kawan sekerjaNya dalm rangka pemberitaan kabar baik, keselamatan orang berdosa oleh kary penebusan Tuhan Yesus Kristus.
Kesediaan yang dinyatakan dalam kesedaran bergerjaa memiliki dampak pula untuk membangun bangsa dan menciptakan kesejahteraan bersama, sebagi manusai seutuhnya.
Metro, 03 November 2003.
[i] Pontjo Riyanto. Lahir pada tahun 1914. Beliau merupakan tokoh perintis sekaligus saksi sejarah yang sampai saat ini masih hidup tentang berdirinya GKSBS Wonosari.
(GKSBS ) WONOSARI
- PENGANTAR
Walaupun demikian justru kedatangan Sastrosuharjo ke Wonosari (Lmapung) menjadi perintis yang diutus oleh Allah untuk menaburkan benih Firman Tuhan dan Injil, sehinga terwujudlah Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) Wonosari sampai sekarang.
- PERSEKUTUAN KECIL YANG MENJADI CIKAL BAKAL GKL WONOSARI
Selanjutnya ditemukan juga saudara seiman yang lain, yaitu Purnama yang berasal dari Kediri-Jatim dan bertempat tinggal di bedeng 22, bekerja sebagai tenaga kerja DPU (Perbaikan jalan).
Dari ketiga keluarga , yaitu Sastrisuharjo, Pontjoriyanto, dan Purnomo inilah timbul niat yang besar untuk menemukan Gereja. Melalui usaha yang tak kenal putus asa dank arena kasih Allah, akhirnya mereka meneukan gereja di bedeng 11G, kemudian di Purwodadi dan Margorejo (masih dalam wujud rumah biasa). Dua diantara ketiga gereja tersebut menyelenggarakan kebaktian minggu secara bergiliran (seminggu di Purwodadi dan seminggu berikutnya di Margorejo). Namun ,biarpun harus menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki dan tempat ibadahnya bergiliran ketiga keluarga tersebut menunjukkan kesetiaanya.
Kemudian adan angin segar berhembus, atas petunjuk salah seorang saudara seiman, yaitu Abiyatar Mardihusodo dan atas bantuan zending Kopernus serta Kekenius, dapat mendirikan sebuah tempat kebaktian sederhana di bedeng 23, dengan meminjam pekarangan Jayakarsa. Dengan demikian tempat ibadah menjadi dekat.erlangsung lama.
Adanya gereja di bedeng 23 tidak bernagsung lama, oleh karena sebab, maka tempat iadah itu diangkat dan dipindahkkan ke Wonosari, warga Kristen di Wonosari dapat beribadah di desanya sendiri. Atas kesetiaan serta ketekunan ketiga keluarga dibawah asuhan Sastrasuharja tersebut, mereka menjadi umat yang diberkati. Semakin hari Tuhan menambahkan jumlah umatNya di Wonosari.
- GEREJA KRISTEN LAMPUNG WONOSARI DALAM PERKEMBANGANNYA
- Pada tanggal 02 Februari 1942, menjadi hari bersejarah karena pada hari itu dating pendeta utusan yang pertama atas diri Pdt. Johanes Suparmo Harjowasito dari Gereja-Gereja Kristen Jawa (GKJ) untuk melayani gereja-gereja Kristen di wilayah Sumatera Selatan. Beliau pada saat itu bertempat tinggal di Meteo. Dan pada waktu itu baru ada 2 (dua) kelompok umat Kristen yang layak disebut sebagai jemaat agak dewasa , yaitu : di Metro dan Batanghari, jemaat Wonosari termasuk pepenatan dari gereja Metro.
- Pada tanggal 11 November 1955. Dasar pijak persekutuan Kristen di Wonosari semakin mantab. Pada hari, tanggal, bulan dan tahun tersebut, kelompok Wonosari diresmikan menjadi jemaat dewasa dengan nama Gereja Kristen Lampung Wonosari. Peristiwa ini menjadi kenangan yang seharusnya tidak bolehdilupakan oleh warga jemaat Wonosari sebagau : “Hari Kelahiran Gereja Kristen Wonosari”. Pada saat kelahirannya statistic yang ada menunjukkan :
- Guru Injil : 1 orang (Bp. Sastrosuharjo)
- Tua-tua : 4 orang
- Diaken : 3 orang
- Jumlah warga :
Anak-anak : 69 orang, Perempuan : 54 orang
Jumlah : 134 orang + 113 orang
= 247 jiwa.
Jumlah kelomok yang termasuk wilayah GKL WOnosari ada tiga, yaitu : Wonosar, Besuki )Ganti Warno), dan Tanggul Angin.
- Pada tahun 1956. Pada periode ini gereja Kristen Lampung Wonosari berkembang dengan munculnya kelompok-kelompok baru yang susul menyusul, diantarnya :
- Kelompok Seputih Raman, ada warga Kristen pindahan dari Jawa sebanyak 22 KK atau 107 jiwa.
- Rejo Basuki 7 (RB 7)
- Moroseneng, tumbuh kelompok kecil uma Kristen yang merupakan pndahan desa Wonosari (lampung). Yaitu : Ngatisan. Iskak, dan Mardiya Suparta serta Wiryadi dari Jawa.
- Pada tahun 1958. Tuhan selaku gembala yang baik selalu menghimpun domba-domba gembalaanNya. Hal tersebut nyata. Pada tuhun 1958 tumbuh lagi kelompok-kelopok baru yang laiana , yaitu :
- Raman Gunawan (RG)
- Raman Endah (RE)
- Raman Utara (RU)
- Raman Fajar (RF)
- Raman Nirwana (RN)
Karena semakin luasnya daerah pelayanan, dengan jarak yang snagat jauh serta sarana transportasi yang kurang memedai [sepeda], maka GKL Wonosari mengalami kewalahan. Oleh karena itu, pada bulan Juli 1958 sidang Majelis GKL Wonosari memutuskan untuk mepersekutukan kelompok-kelompok tersenut dalam wadah jemaat dalam klasis tersendiri.
Pada waktu itu, bersamaan dengan meluasnya daerah pelayanan, pada tahun 1957 pdt. J.S. Harjo Wasito telah menerima tugas untuk menjadi utusan ke Pematang SIantar. Namun demikian Tuhan segera mengirimkan hambaNya yaitu Pd. P. SIswodwitjo untuk membimbing perkembangan gereja-ggereja dan kelompoknya wilayah Sumatera Selatan. Termasuk GKL Wonosari.
- Pada tahun 1961. Di Sideorejo kecamatan GUnung Sugih tumbuh kelompok baru dibawah rintisan Bp. Andreas. Dan tidak lama kemudian dilayani baptisan terhadap 6 orang dewasa dan 13 anak-anak. Selanjutnya kelompok ini juga masuk wilayah pelayanan GKL Wonosari. Disana ditunujuk seorang tua-tua dan seorang diaken.
- Pada tahun 1962. Dalam tubuh jemaat GKL Wonosari terdiri atas 5 (lima) pepantan, yaitu : Wonosari, Gantiwarno, Tanggul Angin, Moroseneng dan Sidorejo.
- ANAK-ANAK/KELOMPOK-KELOMPOK GKL WONOSARI MENJADI DEWASA
- Pada tanggal 05 November 1966, Moroseneng bergabung dengan Kotagajah menjadi satu gereja dewasa.
- Pada tnaggal 01 November 1967, Tanggul Angin dan Sidorejo bergabung menjadi satu gereja dewasa.
Dengan penggabungan dan pedewasaan kelompok-kelompok itu akibatnya, GKL Woosari sendiri menjadi semakin kecil. Kelompoknya hanya tinggal 2 (dua) saja yaitu : Wonosari dan Gantiwarno. Karena itulah keberadaan GKL Wonosari sebagai gereja dewasa menjadi goyang, sampai pada suatu pemikiran agar gereja Wonosari kembali menjadikelompok lagi menginduk kepada GKL Metro. Memang Nampak adanya kejanggalan sebab GKL Wonosari memperanakkan banyak kelompok yang kemudian menjadi dewaa, ironisnya GKL Wonosari selaku induk harus kembali menjadi kelompok.
Tetapi rupanya Tuhan memiliki rencana lain yang lebih indah melebihi apa yang dipikirkan dan direncanakan manusia. Dengan tidak diduga-duga muncul umat baru pilihan Tuhan di WOnosari (35B), yang jumlahnya cukup banyak. Sehingga syarat kedewasaan jemaat ditinjau dari jumlah warga masih dapat dipertahankan hingga sekarang menginjak usianya yang ke -46.
- GEREJA KRISTEN LAMPUNG WONOSARI RINDU MEMILIKI SEORANG GEMBALA/PENDETA
- Pigur tokoh Guru Injil Sastrosuharjo : Beliau lahir pada tahun 1901, dan meninggal dunia tahun 1989 dalam usia 88 tahun (dimakamkan di pemakaman umum desa Wonosari (Polos)). Selama hidupnya terutama semenjak menetap di Wonosari terlihat hasratnya yang menggebu-gebu untuk memberitakan Injil Tuhan. Orangnya sederhana, tulus hati, bicara apa adanya, setia dan tidak pernah mengeluh walaupun banyak kesulitan yang dijumpai dalam pelayanan, misalnya : jarak jauh pelayanan hanya ditempuh dengan mengayuh sepeda yang banya sudah mati, kondisi jalan yang rusak dan sulit dilalui, paha luka parah tertembus stang sepeda seolah-oleh tidak dirasakan demi sebuah pelayanan, ditambah imbalan/gaji yang diterimanya saat itu masih terlampau kecil, yaitu Rp.5,_/bulan. Semuanya itu beliau terima dengan penuh ucapan syukur dan sukacita. Atas dasar ketekunan dan kesetiaan beliau, walaupun tanpa pendidikan teologia, Bp. Sastrosuharjo pada taun 1953 diangkat dan ditetapkan menjadi guru injil di GKL WOnosari.p.Sastrosuharjo melayani sampai usia tua. Maka pada tahun 1968 beliau mulai menjalani masa pension.
- Pelayanan-pelayanan gerejawi baik pada masa guru injil Sastrosuharjo masih aktf maupn sesudah pension dibantu oleh pada pendeta konsulen. Pendet akonsulen secara bergilir dating membantu pelayanan di GKL Wonosari adalah : Pdt. Yotham, Pdt. J.S. Hardjowasito, Pdt. F. Filemon, Pdt.Edi Sihramanto, Pdt. Sutarman Adi SUdarmo, Pdt. R. Siswadwitjo, Pdt. Untung Marsudi.
- Beberapa tahun lamanya GKL Wonosari tidak memiliki pendeta/guru injil yang dfinitif. Oleh karena kerinduan warga untuk memiliki seorang tenaga yang mengabdikan diri untuk menata dan membimbing kehidupan jamat, dan mengingat kebutuhan yangmendesak, maka pada tanggal 04 April 1971 diangkatlah Sdr. Nuch Daliyo Mardi Putra menjadi guru injil, menggantikan Bp. Sastrosuharjo. Bp. Nuch Daliyo M.P. adalah lulusan PGAK-Yogyakarta.
- Bp. Nuch Daliyo M.P. mengabdikan diri untuk melayani jemaat sebagai guru injil kurang lebih selama 8 tahun. Tepanya pada tnggal 04 April 1979 beliau mengundurkan diri. Untuk selanjutnya,oleh pemerintah beliau diangkat sebagai Guru Agama Kristen untuk Sekoh Dasar.
- Selama satu tahun mengalami kekosongan kepemimpinan. Baru pada awal tahun 1980 atas inisiatif pdt. Konsulen dan Ir. Gunarto DW. Selaku BP Sosek Sinde Wilayah I mendatangkan seorang tenaga gereja (pendeta) dari Jawa atas diri Pdt. Yohanes Sayekti, yang kemudian ditugaskan untuk orientasi selama 1 bulan di dua tempat, yaitu GKL Padangratu dan GKL Wonosari. Pdt. Y. Sayekti semula adalah pendeta GEreja Kristen JAwa Dander-Bojonegoro, yang telah ditahbiskan menjadi pendeta pada tanggal 05 Agustus 1976. Kemudian beliau bersedia dipanggil untuk melayani Tuhan di GKL Wonosari, dan dikukuhkan menjadi Pendeta pertama di GKL Wonosari pada tanggal 15 Oktober 1980. Setelah + 6 (enam) tahun berkecimpung dalam pelayanan, maka pada tanggal 20 Juli 1986 Pdt. Yohanes Sayekti mohin ijin untuk studi lanjut S1 ke Fak. Teologia Universitas Kristen Duta Waana. Yogyakarta.
Beliau dapat menyelesaikan study dengan baik pad akhir tahun 1989. Mulai tahun 1990 beliau aktif kembali dijemaat. Dengan bekal pengetahuan selama studi lanjut semain mantablah kinerja Pdt. Yohanes Sayekti, S.Th. sampai awal tahun 1991, tepatnya tanggal 07 Januari 1991, Pdt. Yohanes Sayekti, S.Th. menerima tawaran untuk pindah ke GKJ Karang Nongko, Klaten Yogyakarta.
- Setelah + 9 tahun tidakmmemiliki pendeta , maka pada awal tahun 2000 GKL Wonosari yang telah berganti nama menjadi GKSBS Wonosari memanggil seorang calon pendeta atas diri Sdr. Heri Surawan, S,Si. Lulusan dari Fak. Theologia Uniersitas Kristen Satya Wacana, salatiga. Setelah melewati masa perkenalan, orientasi dannpemimbingan, sdr. Heri Surawan, S.SI dinyatakan lulus ujian peremtoar dalam siding klasis ke 50 (kontrakta) Klasis Metro dan layak memangkun jabatan kependetaan. Sesuai dengan hasil sidangn klasis tersebut, pada tanggal 04 Juli 2001 GKSBS Wonosari meresmikan dalam sebuah upacara penahbisan seorang pendeta baru atas diri sdr. Heri Surawan, S.SI. lega dan bahagialah hati seluruh warga GKSBS Wonosari, sebab ternyata walaupun sering dipandang sebagaimejmaat kecil dan tidak mampu tetapi nyatannya bias mengangkat seorang pendeta.
- KEADAAN GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN (GKSBS) WONOSARI HINGGA 11 NOPEMBER 2001.
GKSBS Wonosari sampai harinuang tahunnya yang ke 48 saat ini masih eksis sebagai gereja yang seluruh warganya berusaha untuk mengemban amanat agung dari Tuhan Yesus sang kepala Gereja, memberitakan kabar keselamatan kepada semua orang (matius 28:19-20). Halite dilakukan melalui kehidupan persekutuan yang indah antara saudar seiman, kesaksian dalam kata dan perbuatan , maupun pelayana dalam tindakan nyata untuk saling menolong, saling membangun dan memberikan yang terbaik untuk kebaikan sesame maupun gereja. Itu hanya akan terwujud jika ada kerelaan diri pada setiap warga/anggota gereja untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan bagi pembangunan tubuh Kristus. Maju atau mundurnya gereja kita tidak hanya bertumpu pada salah satu anggota saja. Tetapi snagat tergantung dari peran aktip dan kesedaran setiap/seluruh warga GKSBS Wonosari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan dalam iman kepada Yesus Kristus.
Sampai saat ini GKSBS Wonosari meliputi 4 wilayah, yaitu :
- Wonosari I (disebut dengan nama : Alfa) terdiri atas 12 KK yang masih aktof dan tercatat sebagai warga gereja. (belum ada anggota majelisnya)
- Wonosari II (disebut dengan nama : Siloam) terdiri atas + 40 KK yang masih aktif dan tercatat sebagai warga gereja. (6 orang anggota majelis, 2 orang diaken dan 4 penatua)
- Gantiwarna (disebut dengan nama : Omega) terdiri atas 15 KK yang masih aktif dan tercatat sebagai warga gereja. (3 orang anggota majelis, 2 diaken dan 1 penatua).
- Simpang NV. (disebut dengan nama : Paidia) terdiri atas 6 KK. (belum ada anggota majelis).
Demikian selayang pandang sejarah GKSBS Wonosari. Yang perlu kita kaji ulang bersama-sama adalah Gereja kita sudah genap usia 48 tahun disebut sebagai jemaat dewasa. Dalam usia yang sudah demikan matang coba kita lihat kembali sejauh mana kedewasaan kita dalam hidup bergereja telah kita nampakkan. Ataukah justru kita akan mendapati bahwa ternyata selama ini banyak yang kta perbuat/lakukan baik sebagai pribadi-pribadi Kristen maupun gereja Tuhan yang merupakan ketidakdewasaan iman kita?
Mudah-mudahan melalui sejarah dimasa lampau, kita akan dapat mengukir sejarah baru yang lebih baik dan panatas diwarisi oleh generasi penerus pasda masa yang akan dating. Kiranya dengan uraian ini seluruh warga jemaat terketuk hati dan kesadaran dirinya untuk selalu bersedia melayani Tuhan, menjadi kawan sekerjaNya dalm rangka pemberitaan kabar baik, keselamatan orang berdosa oleh kary penebusan Tuhan Yesus Kristus.
Kesediaan yang dinyatakan dalam kesedaran bergerjaa memiliki dampak pula untuk membangun bangsa dan menciptakan kesejahteraan bersama, sebagi manusai seutuhnya.
Metro, 03 November 2003.
[i] Pontjo Riyanto. Lahir pada tahun 1914. Beliau merupakan tokoh perintis sekaligus saksi sejarah yang sampai saat ini masih hidup tentang berdirinya GKSBS Wonosari.